Pages

Banner 468 x 60px

 

Jumat, 06 November 2015

ISLAM DAN TERORISME

0 komentar
            Tidak jarang kita menjumpai seseorang atau sekelompok orang yang mencitrakan islam sebagai agama yang brutal, fanatik, fundamental, kacau hingga agama dengan sarang teroris. Sungguh ironi memang jika kita melihat fakta tersebut, terutama untuk orang-orang Barat yang selalu mengaitkan aktivitas teorisme dengan islam. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jawabannya sangat simpel, karena memang hampir dapat dipastikan bahwa hampir semua kejahatan teroris yang ada ialah dilakukan oleh orang islam (muslim). Kurang dapat diketahui mengapa seseorang melakukan aksi teror, namun diantara penyebab munculnya aktivitas “terorisme” dalam islam adanya kesalahpahaman tentang jihad. Terorisme yang identik dengan kekerasan, kekejaman, serta kebengisan telah menimbulkan rasa takut dan ngeri pada masyarakat, sebagai umat muslim yang saya tahu ialah bahwa islam bukan agama yang digunakan untuk mengancam dan mengedepankan kekerasan melainkan suatu agama yang dipenuhi dengan kasih sayang, kebaikan, dan untuk membawa rahmat di alam semesta ini. Islam juga bertujuan untuk menuntun umat manusia dalam mencapai suatu kebahagiaan yang hakiki, melalui rasa kasih sayang dan mengharap ridho Allah SWT.
            Adanya kesalahpahaman tentang jihad mungkintelah menjadi tonggak dasar seorang muslim dalam melakukan aksi teror. Jihad dalam islam lebih dikenal dengan jihad fi sabilillah (Jihad di jalan Allah), dimana dalam jihad terkadung suatu konsep berupa segala usaha untuk menegakkan kalimat Allah (ajaran islam) serta mendakwahkan Islam melalui berbagai ‘kesempatan’. Ditambah lagi dengan adanya hukum melakukan jihad yang Fardhu ‘Ain membuat semangat orang islam untuk berlomba-lomba mendapatkan pahala besar dari Allah semakin gencar. Permulaan perintah jihad itu sendiri terdapat dalam QS Al-Baqarah: 190 dan Al-Hajj: 39 yang mana secara umum memiliki makna bahwa jihad atau perang tersebut diperintahkan bagi orang-orang yang diperangi dan dianiaya. Bagi seorang muslim yang sungguh-sungguh beriman dan mengharapkan rahmat Allah akan melakukan apapun yang dikehendaki oleh-Nya. Karena sesungguhnya jihad memiliki beberapa keutamaan, diantaranya:
1.      Orang yang melakukan jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, Allah akan melebihkan orang-orang tersebut atas orang-orang lain satu derajat
2.      Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan pahala yang besar pula bagi siapa yang mau ikut berperang daripada muslim yang hanya duduk atau tidak ikut berperang.
Lalu siapa yang diperangi dalam hal ini? Pertanyaan tersebut ada kalanya telah memunculkan banyak perdebatan, karena indikator untuk menentukan seseorang dianggap ‘kafir’ masih semu akibat perkembangan zaman. Jika dulu ketika zaman Rasulullah orang-orang kafir nampak sangat jelas dan nyata maka jihad sangat mudah dilakukan, namun di era yang seperti ini orang-orang kafir yang berkategori layaknya zaman Nabi sudah tidak ada. Kemudian apakah jihad masih dan perlu dilakukan jika yang diperangi tidak ‘jelas’ keberadannya? Ternyata tidak semua kafir disyariatkan untuk diperangi oleh islam, hanya Kafir Harby yakni siapapun mereka yang musyrik dan Ahli kitab yang boleh diperangi atau semua orang kafir yang menampakkan permusuhan dan menyerang kaum Muslimin.
Problematika terorisme yang terjadi sebenarnya terletak pada hausnya mencari mangsa dengan membawa ambisi kebenaran dan membawa agama sebagai kendaraan untuk menampilkan wataknya. Watak yang serba hegemonis, anarkis, radikal dan tidak manusiawi. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, apa korelasi antara islam dengan terorisme? Lalu benarkah dalang terorisme yang selama ini terjadi merupakan bentuk representasi dari islam? Pasca terjadinya 9/11 respon sebagian besar gerakan politik islam bukannya malah simpati terhadap korban kemanusiaan melainkan malah memperbesar resistensi terhadap barat.
Kesalahan dalam mengidentifikasi musuh dan pemahaman tentang konsep jihad menjadi salah satu faktor munculnya aksi terorisme, ditambah lagi dijadikannya islam sebagai lanskap politik oleh suatu golongan atau gerakan tertentu sehingga mengakibatkan pandangan negatif terhadap orang lain dan bahkan terhadap diri islam sendiri. Terorisme yang dewasa ini mengatasnamakan islam tentu tidak mendapatkan dukungan, karena jihad yang sesungguhnya ialah dilakukan dengan cara damai tanpa kekerasan dan kebengisan kecuali memang jelas-jelas nampak ada yang memerangi islam dan berusaha merusak islam maka wajib hukumnya untuk diperangi. Munculnya doktrin bahwa jihad belum cukup jika tidak mati menambah persoalan lain dalam aksi terorisme. Anggapan bahwa musuh islam harus diberantas, dihilangkan bahkan dimusnahkan membuat saya ironis karena pada faktanya yang mereka anggap musuh (Amerika) justru menjalin hubungan baik dengan negara-negara muslim di dunia. Sebagai umat islam yang cinta damai kita sudah seharusnya mampu membedakan mana jihad yang harus mendapatkan dukungan dan mana yang harus sebisa kita hindarkan, selain itu kita harus mampu memahami agama kita dengan sebaik-baiknya. Agama yang sangat menjujung tinggi moralitas dan perdamaian.

Pemikiran abad ini memang tidak dapat disamakan dengan ketika zaman Rasulullah masih hidup, karena kriteria musuh islam dulu dan sekarang sudah beda konteksnya. Berapapun jumlah teroris baik sedikit atau banyak bukan lagi menjadi masalah penting, karena saat ini ialah bagaimana kita sebagai umat islam mampu mengangkat nama baik agama kita. Kalau agama kita dirikan dengan kokoh dengan konsep jihad yang sebenarnya maka sudah dapat dipastikan kemakmuran dan kedamaian dalam hidup kita yang akan kita dapatkan bukan permusuhan dan saling tuduh satu sama lain.

0 komentar:

Posting Komentar